Nasi
menangis
Hidung
hilang
Ini masih disaat anak-anak. Usia ini
merupakan usia explorasi, jadi waktu itu kami sangat tertarik dengan mawar yang
mungkin saat itu kami baru tahu bahwa itu bunga mawar (soalnya dirumah Cuma ada bunga kenanga yang paling wangi, hehehehe),
jadi ketika sesekali melihat bunga yang dulu bisa tergolong bunga mewah bagi
kami, kami sangat senang saking senangnya suatu saat ketika pulang sekolah aku
melihat ada bunga mawar yang tercecer di trotoar jalan, aku tanpa berpikir
panjang mengutipnya dan menyingkirkan sedikit debu-debu yang hinggap di
bunga,setelah bersih ku cium bunga ini sepanjang jalan hingga sampai di ujung
pintu rumah bunga ini tak lepas dari hidungku karna wanginya juga belum hilang,
hingga tiba-tiba saudaraku menegurku untuk membuang bunga itu, tapi aku tidak
menggubrisnya akhirnya ia memberitahu ibu bahwa aku terus saja mencium bunga
mawar yang di kutip dari jalan tadi. Ibu tak marah, hanya saja ibu langsung
bilang dan bercerita padaku, ada seorang anak muda yang suka sekali mencium
bunga, bunga apa saja walaupun bunga itu bunga yang tercecer di jalan, ia tetap
menciumnya, hingga suatu hari hidungnya hilang. Aku tersentak kaget dengan
pernyataan ibu, bagaimana mungkin hidung seseorang hilang hanya karna mencium
wanginya bunga? Ibu kemudian menambahkan, waktu itu, hidungnya infeksi dan harus
segera dibuang karna dikhawatirkan membusuk,
pemuda itu sekarang tak punya hidung dan ia sering menangis
menyesalinya. Aku yang tadinya ragu untuk membuang bunga mawar yang ada
ditanganku dengan serta merta mencampakkan bunga tersebut kedalam tong sampah. Semenjak
cerita itu aku jadi suka berpikir panjang, seseorang tanpa hidung, bagaimana
ya? Kebetulan abang kelasku waktu di sekolah dasar terlihat memiliki kekurangan
dibagian hidungnya, aku jadi suka memperhatikannya dan membayangkan
jangan-jangan abang ini dulu suka mencium wangi bunga kutipan (begitu terus aku
memperhatikannya hingga ia menegurku, “ada apa?”, semenjak itu tak pernah lagi
ku memperhatikannya). Hmm... dari kejadian diatas sebenarnya nilai yang ibu
coba tanamkan adalah bagaimana sesuatu itu tidak sembarangan di ambil karna
suka dan hati-hati dalam menjaga kesehatan, tidak seluruh benda itu bersih
walau ia terbungkus sekalipun.
Derap Neraka dibalik daun telinga
Malam itu kami berkumpul setelah makan,
biasanya kalau sudah bercerita mengenai sekolah, kami akan sangat ribut didepan ibu, ibu
menanggapi satu per satu sesuai watak kami. Hingga tiba-tiba ibu bilang “
kalian mau dengar tidak derap neraka itu seperti apa?”, kami serentak menjawab “emang
bisa didengar, bu? “. Ibu langsung memerintahkan kepada kami, coba kalian lipat
daun telinga kalian dari belakang kedepan, pastikan telinga kalian rasanya
tertutup rapat oleh daun telinga, dan mengheninglah untuk mendengarkannya. Hei,
ajaib sekali, kami seperti mendengar bara api yang bergelora walau frkeuensinya
tidak besar, satu per satu dari kami menyahut, iya bu, aku dengar. Ingat-ingat
kejadian ini, aku jadi tahu ibu tengah mengajarkan bagaimana anaknya bisa yakin
dan percaya bahwa syurga dan neraka itu ada (oh ya, jika kalian mau coba
silahkan, tapi lakukan sungguh-sungguh ya biar kalian merasakannya). ^_^
Begitulah
beberapa bentuk penanaman nilai yang ibu ajarkan meski tak secara langsung
berceramah kepada kami, namun pesannya ia selipkan lewat cerita dan aku sangat
senang sekali masih mengingatnya. Aku harap, masih ada cerita-cerita lain penuh
nilai darinya yang akan tetap aku ingat. Ibu kalian pasti juga punya cerita
untuk kalian, ‘kan?
Sabdanas
Yosi 08 07 2013 (Marhaban Yaa Ramadhan)
0 Response to "Nasi Menangis, Hidung Hilang , dan Derap Neraka (Sebuah Penanaman Nilai)"
Posting Komentar