Usai shalat zuhur di sebuah mesjid ,
siap-siap meninggalkan mesjid dengan harapan baru setelah 1 hingga 3 jam
sedikit melelahkan menunggu dan menunggu pembimbing yang saat ini dikategorikan
tercinta, hmmm.... duduk di tangga memasang sepatu sambil melihat ke sekitar
halaman mesjid, ah... tak sengaja melihat bocah yang sebenarnya tak ingin
diperhatikan secara seksama tapi ada magnet tersendiri ketika wajah bingung itu selalu
saja lalu lalang memantau mesjid, ada apa gerangan dengan anak itu? Ku lirik jam tanganku, masih jam 1 lewat 30 menit, masih ada beberapa menit untuk
kembali berkutat di kursi besi untuk sesi menunggu lagi.
Mencoba menawar-nawar waktu dengan mencermati si bocah barang 20
menit saja. Usai sepatu ini terpasang dengan sukses di kaki, kembali melihat
kearah si bocah. Wajahnya kusam, bajunya lusuh, celananya telah pudar warna,
rambut telah memirang kurasa karena garangnya matahari. Jakunnya turun naik
seakan haus dan lapar tapi di tangan kanannya ia menggenggam es rumput laut. Sambil
sesekali menyeruput es itu, ia bolak balik melihat-lihat keadaan mesjid, bolak
balik juga berharap mesjid itu sunyi. Ku
coba mengarahkan pandangan sesuai dengan apa yang dilihatnya, dua kali ku
lakukan secara seksama melihat matanya dan melihat kedalam mesjid, benda apa
atau siapa yang tengah merisaukannya, ada dua pendapatku saat itu, kotak infak yang ada didalam mesjid dan penjaga mesjid yang lagi beres-beres, aku menjatuhkan
pilihan pada kotak infak, ku lirik lagi jam, sudah 10 menit aku
memperhatikannya, ada sepuluh menit lagi mengungkap rasa penasaran terhadap
sang bocah, tak lama waktu berselang mesjid telah sunyi ,hanya ada aku yang
duduk di tangga yang tanpa disadarinya sebagai pengamat tingkahnya siang itu,
hahahaha apakah aku invisible? Sedikit perubahan terjadi pada air mukanya yang
dari tadi kusut dan kini mulai sumringah, ia pun melangkah mendekati mesjid, berdiri di pintu mesjid,
sambil melihat ke kanan dan ke kiri, seperti ingin menjalankan misi, apa mau mengambil
kotak infak itu kah? Ah... buru-buru ku tepis dengan istighfar, ku lirik lagi
jam tangan, tinggal 5 menit lagi, ku amati terus tingkah anak itu, hingga
akhirnya keluar lah seorang laki-laki yang kuperkirakan masih ada hubungan dengan
anak ini. Si lelaki tadi menghampiri bocah itu sambil tersenyum, si bocah
senangnya bukan main, terjadi lah percakapan singkat yang sempat terdengar olehku
yg tak jauh dari mereka.
“Gimana
bang, kotak infaknya dah penuh tu, Bisa kita minta ke pengurusnya?”,Tanya si
bocah tak sabaran.
“Nanti
dek, belum bisa diambil, kita balik ke panti dulu ya, besok kita kesini lagi”,
jelas lelaki itu sambil tetap senyum.
Mukanya
si bocah kembali kusut kecewa, sambil berkata, “sudah 4 hari deri memperhatikan
kotak itu”.
Si
pemuda Cuma bisa kasih senyum lagi dengan keluhan bocah itu.
Mereka
berdua berlalu meninggalkan mesjid.
Aku
pun penasaran, mencukupkan 20 menitku, kembali ku memasuki mesjid dan
memperhatikan kotak infak disana, disana tertulis “panti asuhan ar
rahman”. Sepertinya bocah tadi salah
satu penghuni panti itu, hmmm... pantas saja terang-terangan mengamati mesjid
tanpa risih tingkahnya juga diamati, ternyata.... si penunggu kotak infak yang
setia.hmmm.... ^_^
Sabdanas Yosi
0 Response to "Si Penunggu Kotak Infak Setia"
Posting Komentar