“Hei,
tenanglah siapa yang kau katakan bangsat?”, tanya satrio dengan gusar.
“Maaf
bang, Umay memanggil abang, bang sat”, jelas umay terengah-engah.
“Ada
apa kau berlari-lari seperti dikejar hantu saja, sampai-sampai namaku tak karuan kau panggil”,tanya satrio.
“Hhmmmmm....hhhh”,
umay mulai mengatur nafasnya.
“Itu
bang, umay lihat boneka beruang cantik lagi di kota, kali ini boneka itu
benar-benar cantik dan lucu, warnanya coklat”, ujar umay sumringah.
“Kau
kota lagi? Dengan siapa?”, selidik satrio.
“Iya,
bang. Tadi bu Merlin mengajakku ke kota bertemu keponakannya disana”, terang umay.
Umay seorang bocah 9 tahun yang
sangat pintar itu pun mulai melancarkan aksi merayu abangnya untuk
membelikannya boneka itu.
“aBang
umay tersayang, umay mau punya boneka beruang itu”, pinta umay sambil memasang
senyum manis
“untuk
apa boneka itu ,apa bisa dimakan?”, tanya Satrio dengan nada mengejek.
Umay
pun cemberut dan memalingkan wajah seketika dari abangnya. Ia pun melancarkan
aksi kedua.
“kalau
abang mau belikan umay boneka beruang, Umay nggak usah minum susu setiap hari,
ganti saja dengan boneka itu”, ujar umay memberi alternatif.
Satrio
hanya diam menanggapi pernyataan umay.
“ya,
bang”, desak umay.
Tidak
juga ada tanggapan dari satrio, malah pemuda jakung itu masuk ke dalam rumah
dan teringat untuk mengambil sesuatu.
“sudahlah
, tak usah kau pikirkan boneka itu, tolong kau bacakan saja surat ini dari
siapa dan apa isinya”, pinta satryo.
Satryo
pemuda buta huruf yang tak pernah mengenyam pendidikan, semenjak kedua orang
tua mereka meninggal, satrio menjadi sedikit keras terhadap adiknya. Satrio
begitu sayang dan sangat memperhatikan adik satu-satunya itu, mulai dari
pakaian dan makanan harus yang terbaik meskipun tidak mahal, seperti susu, ia
ingin asupan gizi adiknya lebih baik
sehingga susu adalah menu wajib menurutnya untuk anak seumur umay. Untuk
memenuhi kebutuhan kehidupan mereka satrio bekerja sebagai kuli angkut di
pelabuhan yang tak jauh dari rumah mereka. Satrio tidak sekolah, namun adiknya
harus sekolah.
“bang,
kalau umay bacakan, umay dapat boneka beruang itu ya?” rayu umay.
“kau
ini, sudah-sudah bacakan saja”, pinta satrio dengan gusar.
Umay
mulai cemberut kembali dan segera membuka surat yang disodorkan abangnya.
“ini
dari PLN , bang, Isinya akan ada pemutusan listrik dirumah kita, karna kita
sudah 3 bulan tak melunasi pembayaran listrik”, jelas umay.
Selang
beberapa menit dari pembacaan isi surat tadi, listrik pun padam.
***
Sepulang
sekolah umay berpamitan pergi bermain bersama temannya, ia selalu bermain di
pelataran halaman musholla yang ada didesa itu, kali ini umay hanya jadi
penonton teman-temannya bermain, ia sedikit tidak bersemangat bermain hari ini
semenjak terpukau oleh beruang coklat yang ia lihat di kota kemarin pagi, ia
masih memikirkan bagaimana bisa mendapatkan boneka itu. Umay berpikir sambil
melayangkan pandangannya ke sekitar teras musholla, tiba-tiba ia melihat ada sebuah
buku tergeletak disebuah musholla itu, penasaran dengan buku tersebut umay pun
mulai menuju kesana untuk melihatnya. Ternyata buku tersebut buku lusuh yang
sepertinya tidak terawat. Umay melihat kekiri dan ke kanan mungkin saja ada
pemiliknya yang menjatuhkan buku itu dilantai ini, tapi tak ditemukan seorang
pun kecuali dia sendiri yang ada disana. Buku itu terlihat sangat lama, sampul
depannya saja sudah tidak ada, tapi sepertinya ini buku agama. Umay mulai
membuka-buka halaman buku itu, ia mulai yakin dengan pernyataannya tadi bahwa
ini buku agama, ada beberapa tulisan tentang sholat di dalamnya. Lembar demi
lembar umay jelajahi dalam buku itu, semua tentang sholat yang biasa ia lakukan
dirumah yang pernah diajarkan ayah, halaman berikutnya umay sedikit tidak mengerti
disana ia menemukan ada penjelasan tentang sholat tahajjud disana dikatakan
melaksanakan sholat ini akan mengabulkan permintaan kita, jelas umay semakin
penasaran, selama ini ia hanya melihat Ayah dan abangnya melakukan sholat
seperti biasanya saja, tapi untuk sholat tahajjud ini, ia belum pernah
menyaksikan atau mendapat penjelasan. Seketika itu juga lewat seorang pengurus
musholla.
Bang,
bang”, panggil umay
“iya
umay ada apa?”, tanya si penjaga musholla
Umay
mau tanya maksud ini apa?, tanya umay sambil menyodorkan buku yang ditemuinya.
Setelah
si penjaga musholla membaca buku dan
lembar yang ditunjuk umay, si penjaga musholla pun senyum dan menjelaskan,
kalau sholat tersebut dilaksanakan bagusnya disepertiga malam sekitar jam tiga
dini hari menjelang subuh, bisa dilaksanakan dua, empat atau delapan rakaat.
Umay
pun mengangguk pelan dan mulai mengerti.
“Oh
iya, apa benar sholat ini mengabulkan permintaan?”, selidik umay
Si
penjaga musholla tersenyum dan berkata, “ coba saja”.
Umay
mulai berpikir ingin melakukannya, bukankah ia ingin sebuah boneka beruang, ia
pinta saja dalam sholat itu dan berharap Allah memberikannya.
***
Malam
mulai menyelimuti desa semusim ikan dan gelap semakin terasa dirumah umay karna
pemutusan aliran listrik yang terjadi sejak siang kemarin, hanya ada satu lilin
yang bertengger disudut meja kayu yang ada dirumah itu.umay mulai memikirkan
keinginannya melakukan sholat tahajjud yang baru saja dipelajarinya tanpa
sengaja dimusholla siang kemarin. ia memilih melakukannya di jam yang sesuai
penjelasan si penjaga musholla tadi. Waktu malam terasa berlalu dengan cepat, dan umay pun
ingin beristirahat agar bisa bangun pada jam tiga dini hari.
Suara
loteng yang diterpa angin menyadarkan umay yang sudah terlelap pulas dari jam
sembilan malam tadi, ia pun keluar untuk melihat jam, diperhatikannya jam di
dinding kayu itu menunjukkan angka tiga, ia teringat ia harus melaksanakan
sholat tahajjud untuk melengkapi rasa penasarannya tentang sholat yang katanya
bisa mengabulkan permintaan itu, disana dijelaskan sholat itu sangat istimewa,
mungkin saja permintaannya dikabulkan dengan cepat jika melaksanakannya. Umay
mulai melihat kekamar abangnya, pintu kamar itu sedikit terbuka dan terlihat satrio
tidur sangat pulas. umay berpikir tidak ingin mengganggu abangnya untuk sekedar
menemaninya berwudhu, meskipun rasa takut menyergap ia tetap membawa lilin
menuju kamar mandi yang berada diluar rumahnya. Terasa sekali angin dingin
menampar pipinya seketika ia menggigil kedinginan dan ketakutan karena
kesunyian sepertiga malam itu, namun karena tekad dan keinginannya ia lawan
dulu rasa takut.
Sesampainya,
umay kembali melirik jam dinding.
“sudah
jam tiga lewat lima belas menit”, ujar umay dalam hati.
Umay
pun melihat kamar abangnya, masih tidur pulas, dan umay segera mengenakan
mukenanya yang sedikit kebesaran hadiah dari bu Merlin tahun lalu.
Disela
aktivitas Umay sholat, disudut kamar sana satrio mulai merasa gerah, dan
mengibas-ngibaskan kainnya untuk menyejukkan. Rasa panas masih terasa karena
suasana gelap rumah itu, satrio pun mulai membalikkan badan kekiri dan tanpa
sengaja ia mulai terkejut dengan apa yang dilihatnya diruang luar itu. Ia
melihat seperti ada sepotong kain putih bergerak turun naik. Seketika itu juga
keringat mulai mengucur lebih banyak dari biasanya tanpa sadar satrio kembali
teringat akan ucapan tetangganya tentang perempuan yang sering berpakaian serba
putih suka berkeliaran dirumah-rumah warga didesa itu dan sebenarnya satrio sendiri tidak percaya. Ia pun mulai
mengucek-ngucek matanya berharap ia salah lihat, karena apa yang dilihatnya
tidak jelas dan masih remang-remang. Satrio mulai beranjak keluar dan mencari
tahu benda bergerak yang dilihatnya itu.
Pada
waktu bersamaan, disela-ela umay melakukan sholat tahajjud ia mulai disergap
ketakutan, ia merasa ada yang berjalan dibelakangnya, bayangan itu sedikit-demi
sedikit semakin mendekat dan terlihat jelas saat umay dalam posisi ruku’. Dan ternyata bayangan
yang terkena sinar lilin itu memang semakin besar , umay semakin ketakutan dan
memejamkan matanya, saat membuka mata umay merasa ada yang menyentuh pundaknya
dan langsung saja berteriak, dan yang memegang bahu dibelakangnya juga
berteriak. Terhenti lah sholat tahajjud umay saat itu.
“sedang
apa kau jam segini, bikin kaget saja, abang pikir sesuatu menyeramkan tengah
bergerak-gerak disini”, ujar satrio sambil terengah-engah setelah tadi juga
puas berteriak karena terkejut.
“Abang
yang mengagetkan umay, berjalan diam-diam seperti hantu saja ”, ujarnya gusar.
“Abang
tak lihat umay memakai mukena, ya berarti umay sedang sholat”, jelas umay
dengan nada kesal.
“Sholat
apa kau jam segini, ini kan belum waktunya subuh?” tanya satrio penasaran.
Umay
diam seketika.
“Umay
ingin punya boneka itu bang, makanya umay sholat tahajjud , menurut buku yang
umay baca siang tadi, sholat ini istimewa dan mungkin doa kita cepat
dikabulkan”,jelas umay.
“Hahahahaha,
kau ini”, satrio hanya tertawa geli dengan tingkah adiknya.
Ya
sudah, sepertinya waktu subuh sudah mau dekat, abang mau mandi dulu”,ujar
satrio berlalu meninggalkan umay yang masih terduduk disajadahnya itu.
bersambung...
0 Response to "Boneka Beruang Untuk Umay"
Posting Komentar