Saat
fajar masih baru, kau ku gendong di punggungku, ku bawa meniti jalan seraya
menggandeng harapan, hari ini akan ada yang membawa pulang dagangan kita. Biar kabut
pagi tak percuma kau hirup, biar tikaman dingin tak terasa menembus maka ku
sisihkan hangatku agar bisa mendekapmu. Itu masa kecilmu yang selalu dengan
sayangku.
Di
beberapa keadaan kemudian. Kau lihat kepulan asap, dan remang-remang lampu neon
di fajar itu, sebongkah ubi dan susu, suguhan penuh cinta ku buat untuk sarapan
pagimu. Agar kuat kau menimba ilmu, pengetahuan terekam di otakmu, meski apa
adanya makanan itu. Dan sungguh yang ku masukkan adalah energi cinta penuh
harap agar kau bersemangat. Disanalah masa remajamu yang ku lengkapi dengan
cintaku.
Tangan
ini kini gemetar, kursi itu kini sunyi, dan selimut itu kini diam. Suara kabar
yang sesekali amat sangat berarti bagiku. Telah kau punya penjagamu,telah kau
punya hidup, dan telah kau punya tanggung jawabmu, itulah dewasamu. Maka,
sungguh , ku sampaikan jua kasihku lewat doa. Tak “kan melupamu walau sudah
sepi, selalu bahagia pernah kau disisi, akan menyertakanmu dalam mimpi agar
sunyi itu jemu dan enggan singgah.
0 Response to "Surat dari Suara yang mulai Melemah"
Posting Komentar