Surat dari Suara yang mulai Melemah

Dengarkanlah wahai anakku..
Saat fajar masih baru, kau ku gendong di punggungku, ku bawa meniti jalan seraya menggandeng harapan, hari ini akan ada yang membawa pulang dagangan kita. Biar kabut pagi tak percuma kau hirup, biar tikaman dingin tak terasa menembus maka ku sisihkan hangatku agar bisa mendekapmu. Itu masa kecilmu yang selalu dengan sayangku.
Di beberapa keadaan kemudian. Kau lihat kepulan asap, dan remang-remang lampu neon di fajar itu, sebongkah ubi dan susu, suguhan penuh cinta ku buat untuk sarapan pagimu. Agar kuat kau menimba ilmu, pengetahuan terekam di otakmu, meski apa adanya makanan itu. Dan sungguh yang ku masukkan adalah energi cinta penuh harap agar kau bersemangat. Disanalah masa remajamu yang ku lengkapi dengan cintaku.

Tangan ini kini gemetar, kursi itu kini sunyi, dan selimut itu kini diam. Suara kabar yang sesekali amat sangat berarti bagiku. Telah kau punya penjagamu,telah kau punya hidup, dan telah kau punya tanggung jawabmu, itulah dewasamu. Maka, sungguh , ku sampaikan jua kasihku lewat doa. Tak “kan melupamu walau sudah sepi, selalu bahagia pernah kau disisi, akan menyertakanmu dalam mimpi agar sunyi itu jemu dan enggan singgah.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Surat dari Suara yang mulai Melemah"

Posting Komentar